Site icon Radar Tuban

Sejarah dan Keutamaan Puasa Asyura di Bulan Muharram

Ilustrasi-puasa

RADAR TUBAN – Tidak terasa, sehari lagi memasuki tahun baru Islam. Berdasar Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri, pemerintah menetapkan 1 Muharram 1445 Hijriah pada Rabu (19/7/2023).

Melansir dari laman NU Online, bulan Muharram termasuk dalam bulan-bulan yang haram (asyhurul hurum). Di mana Allah memiliki satu hari yang merupakan hari mulia dalam Islam. Hari itu adalah hari Asyura.

Berikut sejarah, peristiwa penting, dan dzikir-dzikir yang dianjurkan di awal bulan Muharram.

Definisi Asyura

Ada dua pendapat dalam penamaan Asyura. Pendapat yang pertama adalah Asyura diambil dari kata Asyirah (kesepuluh) untuk pleonastis (yang dilebih-lebihkan) dan diagungkan.

Sedangkan pendapat yang kedua adalah pendapat yang paling banyak yaitu, kata Asyura adalah hari kesepuluh dari bulan Muharram.

Sejarah dan Perintah Puasa Asyura

Setelah hijrah dari Makkah ke Madinah, Nabi Muhammad mendapati kaum Yahudi sedang berpuasa pada hari Asyura, maka beliau memerintahkan para sahabat untuk berpuasa Asyura.

Perintah puasa itu diriwayatkan oleh sahabat Abdullah bin Abbas radliyallahu ‘anh, beliau berkata:

“Tatkala Nabi Muhammad datang ke kota Madinah, beliau mendapati kaum Yahudi sedang berpuasa di hari Asyura, lantas beliau bersabda kepada mereka, ‘Hari apa yang kalian sedang berpuasa ini?

Mereka menjawab, “Hari ini adalah hari yang agung. Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya pada hari ini dan menenggelamkan Fir’aun beserta pasukannya. Maka Musa berpuasa pada hari ini sebagai rasa syukur dan kami turut berpuasa.”

Maka Rasulullah bersabda: “Maka kami dengan Musa lebih berhak dan lebih utama daripada kalian, maka Rasulullah berpuasa dan memerintahkan berpuasa.” HR Bukhari dan Muslim.

Disebutkan dalam riwayat Imam al-Bukhari dan Muslim bahwa Sayyidah Aisyah radliyallahu ‘anha berkata:

“Dulu kaum Quraisy berpuasa Asyura pada masa jahiliah. Kemudian Rasulullah memerintahkan berpuasa Asyura pula, hingga diwajibkan puasa Ramadhan.”

Maka Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang berkehendak (ingin berpuasa), maka silakan berpuasa. Dan barang siapa yang berkehendak (tak ingin berpuasa), maka tidak berpuasa.”

Tak hanya puasa Asyura yang dianjurkan, puasa Tasu’a (hari kesembilan dari bulan Muharam) dan hari kesebelas pun juga diperintahkan oleh Nabi Muhammad untuk berpuasa juga.

Hal ini guna untuk membedakan antara ritual ibadah orang Muslim dan kaum Yahudi.

Diriwayatkan oleh sahabat Abdullah bin Abbas radliyallahu ‘anha, beliau berkata:

“Nabi Muhammad beliau bersabda, “Jika aku masih hidup hingga tahun depan, pasti aku akan berpuasa pada hari kesembilan.” (HR Muslim).

Diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad dari sahabat Ibnu Abbas radliyallahu ‘anha, marfu’ (disandarkan kepada Nabi Muhammad) berkata, “Puasalah pada hari Asyura dan bedakanlah diri kalian dengan kaum Yahudi. Puasalah sehari sebelumnya atau setelahnya.”

Imam Syafi’i dalam kitabnya al Um dan al Imla’ menegaskan bahwa disunahkan berpuasa 3 hari; puasa Asyura, Tasu’a dan puasa hari kesebelas.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa puasa Asyura itu ada 3 tingkatan: Paling rendah ialah puasa Asyura saja, kemudian atasnya adalah puasa Asyura dan puasa Tasu’a, dan yang terakhir, tingkatan yang paling tinggi adalah puasa Asyura, Tasu’a dan puasa hari kesebelas (bulan Muharram).

Asal Hukum Puasa Asyura

Para ulama berpendapat bahwa puasa Asyura itu hukumnya wajib sebelum diwajibkannya puasa Ramadhan pada tahun kedua hijriah. Maka, setelah diwajibkan puasa Ramadhan, puasa ini menjadi puasa sunah ‘muakkad’ (sangat dianjurkan). Dan inilah pendapat kebanyakan ulama.

Namun, pendapat yang lain mengatakan bahwa puasa ini memang sejak dulu hukumnya sunah ’muakkad’, tidak wajib, hingga diwajibkan puasa Ramadhan, maka hukumnya kembali menjadi sunah biasa. Namun pendapat ini lemah, seperti yang ditegaskan Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani.

Keutamaan Puasa Asyura

Asyura juga termasuk puasa yang sangat dianjurkan oleh agama islam. Rasulullah bersabda, “Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulannya Allah, Muharam” (HR Muslim).

Di antara keutamaan puasa ini ialah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu. Dari sahabat Abu Qatadah, bahwa Nabi Muhammad bersabda, “Puasa hari Asyura, aku berharap kepada Allah agar Ia mengampuni dosa setahun yang lalu” (HR at-Tirmidzi).

Disebutkan dalam riwayat yang lain pula, bahwa Nabi Muhammad ditanya tentang puasa Asyura, maka beliau menjawab, “(Puasa tersebut) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR Muslim).

Dosa-dosa yang dimaksud adalah dosa-dosa kecil, bukan dosa-dosa besar. Tetapi, apabila tidak memiliki dosa kecil, maka diharapkan adanya keringanan dari dosa-dosa besar. Jika tidak, maka diangkat derajatnya. (tok)

—————————————————————-

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Jawa Pos Radar Tuban, silakan bergabung di Grup Telegram “Radar Tuban”. Caranya klik link join telegramradartuban. Sebelumnya, pastikan Anda sudah menginstal aplikasi Telegram di ponsel.

Exit mobile version