29.6 C
Tuban
Sunday, July 7, 2024
spot_img

Adimas, Satu Lagi Wisudawan Terbaik UISI asal Tuban, IPK Nyaris Sempurna

Ketekunannya terbayar tuntas. Adimas Ali Rizaqi, 22, menjadi salah satu wisudawan terbaik di Universitas Internasional Semen Indonesia (UISI). Dari sepuluh wisudawan terbaik masing-masing fakultas, pemuda yang karib disapa Adimas itu menjadi satu-satunya wisudawan terbaik asal Tuban.

WISUDA yang digelar siang itu, 23 Sepetember 2023, akan menjadi salah satu momen tak terlupakan bagi Adimas.

Mahasiswa Jurusan Teknik Logistik, Fakultas Teknologi, Industri, dan Agroindustri (FTIA) itu didapuk menjadi salah satu wisudawan terbaik setelah meraih indeks prestasi kumulatif (IPK) 3.91. Nyaris sempurna.

Tak kalah membahagiakan dari prestasi akademik, pemuda 22 tahun ini juga langsung di diterima bekerja sebagai Foreman Material di PT China West Development Indonesia.

Capaian prestasi yang sangat membanggakan. Terlebih, bagi kedua orang tuanya.

Sosok yang selalu mendoakan setiap langkahnya.

‘’Apa yang berhasil saya capai, adalah berkat doa kedua orang tua,’’ tuturnya.

Keberhasilan Adimas meraih predikat sebagai wisudawan terbaik dan langsung diterima kerja di perusahaan ternama, tidaklah instan. Ada proses panjang nan berliku yang dilalui.

Baca Juga :  Risih Baca Keluhan Sampah di Medsos

Lulusan terbaik SMAN 1 Singgahan merupakan mahasiswa jalur beasiswa Aliansi Perguruan Tinggi Badan Usaha Milik Negara (APERTI BUMN).

Sebagai anak petani, jalur beasiswa adalah kesempatan satu-satunya bagi Adimas untuk bisa melanjutkan pendidikan di bangku kuliah.

Secara ekonomi, sulit baginya melanjutkan pendidikan tanpa ditopang beasiswa.

Untuk mendapat kesempatan itu, dia harus bersaing dengan 49.527 calon mahasiswa dari seluruh Indonesia. Sungguh persaingan yang tidak mudah.

Namun, tidak ada yang tidak mungkin ketika Tuhan sudah berkehendak.

Berkat kesungguhannya belajar dan amunisi doa dari kedua orang tuanya, Adimas akhirnya lolos menjadi salah satu dari 30 mahasiswa yang mendapatkan beasiswa APERTI BUMN.

Dari proses yang panjang, Adimas meraih nilai-nilai akademik yang nyaris paripurna.

Namun, semua itu memang sudah menjadi keharusan jika ingin mempertahankan beasiswa yang diraih.

Baca Juga :  Niken Ayu Purnamasari, Runner Up Duta Muda Kebudayaan Jawa Timur 2024

Dan itu tidak mudah. Bahkan, sempat juga hampir putus asa. Itu terjadi ketika Pandemi Covid-19.

Saat itu, dia harus beradaptasi dengan cara belajar baru melalui daring. Transformasi belajar yang tidak familier itulah, yang sempat membuatnya hampir putus asa.

Adimas mengaku kesulitan saat harus beradaptasi dengan pembelajaran yang semula bertatap muka tiba-tiba menjadi jarak jauh.

Hal ini berdampak pada indeks prestasi semester (IPS). Nilainya turun dari 4.00 menjadi 3,7. Meskipun begitu, Adimas tidak menyerah dan terus belajar beradaptasi.

‘’IPK saya sempat turun dan khawatir beasiswa dicabut,’’ kata dia yang menjelaskan syarat beasiswa harus memiliki IPK minimal 3,5. Beruntung, penurunan IPK yang sempat membuatnya putus asa itu tidak sampai di bawah batas minimal.

Selain IPK yang harus di atas standar, tuntutan lain adalah prestasi non akademik, yakni dari lomba-lomba. (fit/tok)

Ketekunannya terbayar tuntas. Adimas Ali Rizaqi, 22, menjadi salah satu wisudawan terbaik di Universitas Internasional Semen Indonesia (UISI). Dari sepuluh wisudawan terbaik masing-masing fakultas, pemuda yang karib disapa Adimas itu menjadi satu-satunya wisudawan terbaik asal Tuban.

WISUDA yang digelar siang itu, 23 Sepetember 2023, akan menjadi salah satu momen tak terlupakan bagi Adimas.

Mahasiswa Jurusan Teknik Logistik, Fakultas Teknologi, Industri, dan Agroindustri (FTIA) itu didapuk menjadi salah satu wisudawan terbaik setelah meraih indeks prestasi kumulatif (IPK) 3.91. Nyaris sempurna.

Tak kalah membahagiakan dari prestasi akademik, pemuda 22 tahun ini juga langsung di diterima bekerja sebagai Foreman Material di PT China West Development Indonesia.

Capaian prestasi yang sangat membanggakan. Terlebih, bagi kedua orang tuanya.

- Advertisement -

Sosok yang selalu mendoakan setiap langkahnya.

‘’Apa yang berhasil saya capai, adalah berkat doa kedua orang tua,’’ tuturnya.

Keberhasilan Adimas meraih predikat sebagai wisudawan terbaik dan langsung diterima kerja di perusahaan ternama, tidaklah instan. Ada proses panjang nan berliku yang dilalui.

Baca Juga :  Budiono, Pelopor Petani Garam Sistem Tunnel, Anti Musim Hujan, Panen 15 Hari Sekali

Lulusan terbaik SMAN 1 Singgahan merupakan mahasiswa jalur beasiswa Aliansi Perguruan Tinggi Badan Usaha Milik Negara (APERTI BUMN).

Sebagai anak petani, jalur beasiswa adalah kesempatan satu-satunya bagi Adimas untuk bisa melanjutkan pendidikan di bangku kuliah.

Secara ekonomi, sulit baginya melanjutkan pendidikan tanpa ditopang beasiswa.

Untuk mendapat kesempatan itu, dia harus bersaing dengan 49.527 calon mahasiswa dari seluruh Indonesia. Sungguh persaingan yang tidak mudah.

Namun, tidak ada yang tidak mungkin ketika Tuhan sudah berkehendak.

Berkat kesungguhannya belajar dan amunisi doa dari kedua orang tuanya, Adimas akhirnya lolos menjadi salah satu dari 30 mahasiswa yang mendapatkan beasiswa APERTI BUMN.

Dari proses yang panjang, Adimas meraih nilai-nilai akademik yang nyaris paripurna.

Namun, semua itu memang sudah menjadi keharusan jika ingin mempertahankan beasiswa yang diraih.

Baca Juga :  Muhammad Fajri Asyiq Shubeih, Petenis Meja Cilik Berprestasi Asal Tuban

Dan itu tidak mudah. Bahkan, sempat juga hampir putus asa. Itu terjadi ketika Pandemi Covid-19.

Saat itu, dia harus beradaptasi dengan cara belajar baru melalui daring. Transformasi belajar yang tidak familier itulah, yang sempat membuatnya hampir putus asa.

Adimas mengaku kesulitan saat harus beradaptasi dengan pembelajaran yang semula bertatap muka tiba-tiba menjadi jarak jauh.

Hal ini berdampak pada indeks prestasi semester (IPS). Nilainya turun dari 4.00 menjadi 3,7. Meskipun begitu, Adimas tidak menyerah dan terus belajar beradaptasi.

‘’IPK saya sempat turun dan khawatir beasiswa dicabut,’’ kata dia yang menjelaskan syarat beasiswa harus memiliki IPK minimal 3,5. Beruntung, penurunan IPK yang sempat membuatnya putus asa itu tidak sampai di bawah batas minimal.

Selain IPK yang harus di atas standar, tuntutan lain adalah prestasi non akademik, yakni dari lomba-lomba. (fit/tok)

Untuk mendapatkan berita-berita terkini Jawa Pos Radar Tuban Korane Wong Tuban

Ikuti Kami:
Telegram: t.me/radartuban
MSN: tinyurl.com/yw4tx2rx
spot_img
spot_img

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru